Selasa, 02 Juli 2013

Model Pengambilan Keputusan

Pengertian Model Pengambilan Keputusan
Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan  suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.

Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
1.  Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
2.  Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
3.  Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
4.  Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Olaf Helmer menyatakan bahwa: karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi, elemen-elemen tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan konseptual. Setiap unsur dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran matematika atau sasaran fisik.
Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast, memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model situasi yang kompleks disederhanakan tanpa penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.
Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.

Model pengambilan keputusan diantaranya:
1.  Rasional, model perilaku manusia berdasarkan keyakinan bahwa orang-orang, organisasi, dan bangsa menjalankan kalkulasi pemaksimalan nilai, yang secara mendasar konsisten.
Pengambialan keputusan yang rasional merukan proses yang komplek. Tahapan rasional decision making proses:
a.   Mengenal permasalahan.
b.  Definisikan tujuan.
c.   Kumpulkan data yang relevan.
d.  Identifikasi alternative yang memungkinkan (feasible).
e.   Seleksi kriteria untuk pertimbangan alternative terbaik.
f.   Modelkan hubungan antara kriteria, data, dan alternative.
g.  Prediksi hasil dari semua alternative.
h.  Pilih alternative terbaik.
2.  Organisasional, model-model pengambilan keputusan yang memperhitungkan karakteristik politik dan structural dari organisasi.
3.  Birokrasi, apapun yang dilakukan organisasi adalah hasil dari rutinitas dan proses bisnis yang terasah oleh penggunaan aktif selama bertahun-tahun.
4.  Keputusan klasik (classical dision), berpandangan bahwa manager bertindak dalam kepastian. Merupakan model yang sangat rasional untuk pembuatan keputusan manajerial.
5.  Keputusan administrasi, menurut Herbert Simon, manager dalam pengambilan keputusan menghadapi 3 kondisi:
a.   Informasi tidak sempurna, dan tidak lengkap.
b.  Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality).
c.   Cepat puas (satisfice).
Dan ada 3 konsep untuk membantu manajer menempatkan pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu:
a.   Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded rationality and satisficing)
Menekankan bahwa pembuatan keputusan harus menghadapi kenyataan tidak memadainya informasi mengenai sifat masalah dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan uang untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap, ketidakmampuan untuk mengingat sejumlah dasar informasi, dan batas-batas kecerdasan mereka sendiri. Yang perlu dipelajari oleh pembuatan keputusan efektif adalah menerima yang memadai dengan gambaran sasaran organisasi jelas terbayang dalam benak.
b.  Heuristic
Orang yang tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum, untuk menyederhanakan pembuatan keputuasan
c.   Memutuskan siapa yang membuat keputusan (bisa)
Model rasional tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat keputusan, “siapa yang akan memutuskan?”  merupakan keputusan pertama yang harus dibuat manajer. Keputusan ini bias sangat rumit.

Proses pembuatan keputusan rasional:
1.  Pengamatan situasi: definisikan masalah, tentukan tujuan, keputusan
2.  Kembangkan alternative: cari alternative secara kreatif, jangan mengevaluasi dulu.
3.  Mengevaluasi alternative dan memilih yang terbaik.
4.  Implementasikan keputusan dan memonitor hasil: rencanakan implementasi, implementasi rencana, monitor implementasi dan buat penyesuaian yang perlu.

Model pengambilan keputusan bisa dilakukan secara individual, kelompok, tim, panitiaan, dewan, komisi, atau cara reverendum mengajukan usul tertulis. Cara pengambilan keputusan denga cara mengolah data dan penilaian, baik kualitatif dan kuantitatif merupaka teknik pengambilan keputusan. Teknik pengambilan keputusan diperlukan suatu kemampuan.

Setiap pengambilan keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:
1.  Perasaan, firasat, feeling/ intuisi.
2.  Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta secara rasional sistematis.
3.  Pengalaman/ ervaring.
4.  Kewibawaan, gezgag, atu pengaruh yang dipunyai oleh decision maker.
5.  Kewenangan/ kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker
Jadi decision maker harus menentukan strategi dan metode pengambilan keputusan. Ke 5 hal diatas dimiliki oleh decision maker secara individual, maka ia dapat mengambil keputusan secara individual.



Klasifikasi model pengambilan keputusan:
Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini disampaikan beberapa klasifikasi saja.
1.  Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2.  Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3.  Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4.  Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5.  Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik, dan sebagainya.
6.  Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu digunakan; lain-lain.
7.  Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dan lain-lain.
8.  Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan juga.

Quade membedakan model ke dalam dua tipe:
1.      Model kuantitatif
adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2.      Model kualitatif
didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.

Gullet dan Hicks klasifikasi model pengambilan keputusan:
1.      Model Probabilitas
Umumnya model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability and expected value). Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring).         
Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut.
Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa resesi,  untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan masyarakat, lain sebagainya.
2.      Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)           
Dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang. Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwa yang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya peristiwa yang diharapkan masih diragukan.

3. Model Matriks
Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and excpected value), ada juga model lainnya. Model lainnya adalah model matriks (the payoff matrix model). Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Gullett dan Hicks mengatakan :  “The payoff matrix is a particularly convenient method of displaying and summarizing the expected value alternative strategics”. Model matriks terdiri dari dua hal, yaitu baris dan lajur . Baris (Row) bentuknya menjajar , sedangkan Lajur (Coloum) bentuknya menegak (vertical) .
4. Model Pohon Keputusan (Decision Tree Model)
Suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-komponen, kemudian dibuatkannya alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.
Pohon keputusan dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam proyek yang sedang ditangani. Welch and Comer memberikan definisi sebagai berikut : “The decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of alternative decision. The tree includes the decision nodes chance modes, pay offs for each combination, and the probabilitie of each event.”


Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni :
1.  Simpul Keputusan,
2.  Simpul Kesempatan,
3.  Hasil dari kombinasi, dan
4.  Kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa yang terjadi.
Diagram pohon ini salah satu lanngkah yang diperlukan dalam pengambilan rancangan bangun proyek

Adapun langkah-langkah perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
a.   Mengadakan indentifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus dipecahkan melalui diagram keputusan.
b.  Masalah utama iitu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
c.   Masalah yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah yang lebih kecil.
5. Model kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh)
Kurva berbentuk garis dimana titik yang berada pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama.
Kurva Indiferen mempunyai 4 ciri penting , yaitu :
a.   Kurva indiferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang ngatif menunjukkan fakta atau asumsi bahwa satu dapat diganti dengan komoditas lain sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan yang tetap sama.
b.  Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka keduanya tidak akan saling berpootngan
c.   Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik melalui setiap titik sehingga membentuk gari kurva.
d.  Kurva indiferen dibutuhkan bagi pengorbanaan tertentu untuk mendapatkan kepuasan  yang optimal.
6. Model Simulasi Komputer
Pengambilan keputusan siperlukan rancangan bangun (design) yang biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan  apa-apa yang dilakukan organisasi.

Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis kebijakan pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai berikut.
1. Model Matematika
menggunakan teknik seperti misalnya linear programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan sebagai simulator.
2.      Model Simulasi Komputer
merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang sesungguhnya.
3.      Model Permainan Operasional
Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan (war games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang berupa datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan macam-macam cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut.

4.      Model verbal
Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang nonkuantitatif.      
Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4 ciri,sebagai berikut.
1.  Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif substansial.         
2.  Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3.  Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi tersebut.
4.  Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan) ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.


5.      Model fisik
Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada policy maker.
Model-model Pengambilan keputusan
Model Perilaku Pengambilan keputusan
·     Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
·     Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
·     Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan
·     Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
·     Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
·     Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang sering tidak rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
Model Preskriptif dan Deskriptif

Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
a. Model Preskiptif
  Model yang menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan dengan cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan
yang membantu kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu jugasebagai model
normatif.
Penerapan model preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :
o Orientasi, yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.
o Evaluasi, yaitu menentukan sikap yang perlu diambil.
o Pengawasan, yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi
situasi tersebut.
o Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang
telah dievaluasi.
o Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.

b. Model Deskriptif
  Model yang menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan.
Model ini juga menerangkan (menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa
adanya. Model ini juga memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan
untuk membuat keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian masalah.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Model Keputusan
Pengambilan keputusan merupakam proses interaksi antara input-input sebagai
bahan dsar pembentukan suatu model keputusan, yang terdiri atas tujuan organisasi,
kendala-kendala intern,kriteria pelaksanaan dan berbagai alternatif pemecahan
masalaah. Imteraksi tersebut diharapkan akan menghaslkan output yang baik yang
berupa pelaksanaan keputusan,pengendalian, dan umpan baliknya.
Pengambilan keputusan baik keputusan pribadi maupun keputusan kelompok
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 
1. keadaan lingkungan dn nilai-nilai yang kerap kali bertentangan 
2. pengaruh politik
3. emosionalisme
4. tingkat pendidikan
5. model keputusam faktual.
Lima faktor tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan suatu model
keputusana. Model Preskiptif
  Model yang menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan dengan cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan
yang membantu kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu jugasebagai model
normatif.
Penerapan model preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :
o Orientasi, yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.
o Evaluasi, yaitu menentukan sikap yang perlu diambil.
o Pengawasan, yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi
situasi tersebut.
o Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang
telah dievaluasi.
o Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.
Lima faktor tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan suatu model Keputusan.

Pengertian Model Pengambilan Keputusan
Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan  suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.

Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
1.  Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
2.  Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
3.  Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
4.  Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Olaf Helmer menyatakan bahwa: karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi, elemen-elemen tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan konseptual. Setiap unsur dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran matematika atau sasaran fisik.
Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast, memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model situasi yang kompleks disederhanakan tanpa penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.
Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.

Model pengambilan keputusan diantaranya:
1.  Rasional, model perilaku manusia berdasarkan keyakinan bahwa orang-orang, organisasi, dan bangsa menjalankan kalkulasi pemaksimalan nilai, yang secara mendasar konsisten.
Pengambialan keputusan yang rasional merukan proses yang komplek. Tahapan rasional decision making proses:
a.   Mengenal permasalahan.
b.  Definisikan tujuan.
c.   Kumpulkan data yang relevan.
d.  Identifikasi alternative yang memungkinkan (feasible).
e.   Seleksi kriteria untuk pertimbangan alternative terbaik.
f.   Modelkan hubungan antara kriteria, data, dan alternative.
g.  Prediksi hasil dari semua alternative.
h.  Pilih alternative terbaik.
2.  Organisasional, model-model pengambilan keputusan yang memperhitungkan karakteristik politik dan structural dari organisasi.
3.  Birokrasi, apapun yang dilakukan organisasi adalah hasil dari rutinitas dan proses bisnis yang terasah oleh penggunaan aktif selama bertahun-tahun.
4.  Keputusan klasik (classical dision), berpandangan bahwa manager bertindak dalam kepastian. Merupakan model yang sangat rasional untuk pembuatan keputusan manajerial.
5.  Keputusan administrasi, menurut Herbert Simon, manager dalam pengambilan keputusan menghadapi 3 kondisi:
a.   Informasi tidak sempurna, dan tidak lengkap.
b.  Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality).
c.   Cepat puas (satisfice).
Dan ada 3 konsep untuk membantu manajer menempatkan pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu:
a.   Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded rationality and satisficing)
Menekankan bahwa pembuatan keputusan harus menghadapi kenyataan tidak memadainya informasi mengenai sifat masalah dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan uang untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap, ketidakmampuan untuk mengingat sejumlah dasar informasi, dan batas-batas kecerdasan mereka sendiri. Yang perlu dipelajari oleh pembuatan keputusan efektif adalah menerima yang memadai dengan gambaran sasaran organisasi jelas terbayang dalam benak.
b.  Heuristic
Orang yang tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum, untuk menyederhanakan pembuatan keputuasan
c.   Memutuskan siapa yang membuat keputusan (bisa)
Model rasional tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat keputusan, “siapa yang akan memutuskan?”  merupakan keputusan pertama yang harus dibuat manajer. Keputusan ini bias sangat rumit.

Proses pembuatan keputusan rasional:
1.  Pengamatan situasi: definisikan masalah, tentukan tujuan, keputusan
2.  Kembangkan alternative: cari alternative secara kreatif, jangan mengevaluasi dulu.
3.  Mengevaluasi alternative dan memilih yang terbaik.
4.  Implementasikan keputusan dan memonitor hasil: rencanakan implementasi, implementasi rencana, monitor implementasi dan buat penyesuaian yang perlu.

Model pengambilan keputusan bisa dilakukan secara individual, kelompok, tim, panitiaan, dewan, komisi, atau cara reverendum mengajukan usul tertulis. Cara pengambilan keputusan denga cara mengolah data dan penilaian, baik kualitatif dan kuantitatif merupaka teknik pengambilan keputusan. Teknik pengambilan keputusan diperlukan suatu kemampuan.

Setiap pengambilan keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:
1.  Perasaan, firasat, feeling/ intuisi.
2.  Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta secara rasional sistematis.
3.  Pengalaman/ ervaring.
4.  Kewibawaan, gezgag, atu pengaruh yang dipunyai oleh decision maker.
5.  Kewenangan/ kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker
Jadi decision maker harus menentukan strategi dan metode pengambilan keputusan. Ke 5 hal diatas dimiliki oleh decision maker secara individual, maka ia dapat mengambil keputusan secara individual.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Noor Mutia Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template