Kondisi
perekonomian tidak pernah stabil. Secara perlahan-lahan perekonomian kembali
ketitik paling bawah, dan proses pemulihan pun dimulai. Proses pemulihan itu
bias cepat namun bias juga lambat. Kondisi ini bias juga tidak pernah sembuh
benar, atau bias juga sembuh dan menjadi begitu amat kuat sehingga menimbulkan
terjadinya boom yang baru. Kemakmuran bias juga berarti permintaan yang
terus-menerus meningkat dalam jangka waktu yang panjang, banyak kesempatan
kerja, peningkatan standar hidup. Atau bias juga ditandai oleh harga-harga dan
spekulasi yang membumbung tinggi dengan cepat karena inflasi, yang kemudian
diikuti kemerosotan yang lainnya.
Perekonomian
mengalami gelombang naik-turun yang relatif teratur dan terjadi secara berulang
dengan rentang waktu yang bervariasi. Gerakan ini disebut siklus ekonomi(business
cycle).
Gerakan
ini dapat disebut konjungtur.
Konjungtur
atau fluktuasi ekonomi dapat diartikan suatu perkembangan yang terus menerus
dan kemudian di ikuti oleh kemrosotan yang terus – menerus dari produksi
kesempatan kerja, pendapatan harga – harga dan kegiatan – kegiaran
yang lain.
Konjungtur
atau fluktuasi ekonomi dapat dibedakan dalam (empat) tipe,yaitu :
1. Trend
Sekuler
yartinya,
suatu golongan arah gerakan ekonomi (bias keatas, bias juga menjurus ke bawah)
dalam pereode lama . misalnya bias terjadi antara 30 – 50 tahun.
2. Fluktuasi
Musim
yaitu,
fluktuasi kegiatan ekonomi selama periode tertentu, biasanya satu tahun.
Perubahan _ perubahan terjadi karena pengaruh musim (alam) atau kebiasaan –
kebiasaan misalnya hari – hari besar yang meningkatkan penjualan.
3. Fluktuasi
Yang Tidak Teratur (Irregular)
yaitu,
perubahan akibat dari pada kejadian – kejadian yang tidak diharapkan, seperti
misalnya : bencana alam, banjir, peperangan dan sebagainya.
4. Fluktuasi
(Siklis)
yaitu,
perubahan kehidupan ekonomi yang mungkin terjadi walaupun tidak ada kekuatan –
kekuatan trend, musiman dan irregular. Misalnya, perubahan dalam
pendapatan dan kesempatan kerja.
Gerak
gelombang konjungtur atau siklus (gelombang naik dan turun)keduanya bias
terjadi dalam waktu 7 tahun, 8 tahun dan kadang – kadang sampai 10 tahun.
Apabila satu siklus terjadi selama waktu 7 tahun, maka berarti gelombang naik
selama 3 ½ tahun dan gelombang turun 3 ½ tahun.
Gerak
gelombang konjungtur dapat dilihat pada gambar berikut ini :
1. Gerak Gelombang Naik
Terjadi
perluasan pada kegiatan ekonomi atau proses ekspensi (lihat garis AC) pada masa
ekspensi dibagi dalam 2 (dua) tahap :
- Tahap Pemulihan atau Recovery
(lihat gasis AB). Pada tahap ini produksi mulai diperbesar. Pendapatan
mulai naik dan kesempatan kerja mulai lebih luas lagi.
- Tahap Konjungtur Tinggi (
lihat garis DC). Pada tahap ini produksi dijalankan pada tingkat yang tinggi
sekali. Pendapatan terus bertambah, keadaan semakin mendekati full
emplovment. Hampir tidak ada pengangguran dan semua peralatan modal sudah
terpakai dalam produksi. Mungkin akan timbul bahaya inflasi.
2. Gerak
Gelombang Turun
Terjadi
kemunduran dalam kegiatan ekonomi yang disebut juga proses kontraksi atau
kemrosotan (lihat garis CE) yang dalam tahap ini terbagi juga dalam 2 (dua)
tahap :
- Tahap Resesi atau kemunduran (lihat
garis CD) resesi biasanya dimulai mulai berkurangnya investasi. Dalam
tahap ini tingkat produksi pendapatan dan kesempatan kerja mulai turun
serta harganya mengalami kelesuhan.
- Tahap Depresi atau masa kesempatan
(lihat garis DE) tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap resesi,
segalanya kan turun berlipat ganda. Kegiatan ekonomi mencapai suatu
tingkat yang rendah sekali. Dunia perusahaan tertekan dan investasi sangat
rendah, bahkan tidak ada investasi baru.
Gerak
gelombang konjungtur ada yang menyebutnya dengan business fluctuation atau
business cycles. Fluktuasi – fluktuasi kegiatan semacam itu dirasakan terutama
dinegara industri. Dan gejala seperti itu sudah dikenal sejak masa revolusi
industri. Tapi, para ahli ekonomi baru mempelajari gejala naik turunnya
kegiatan ekonomi terutama sejak krisis dunia tahun 1930 an yang dikenal dengan
nama the great depression, dan kemudian dicari jalan bagaimana depresi dapat
diatasi atau paling tidak direndahkan, yang selanjutnya hal ini merupakan
pangkal perubahan ekonomi modern yang dipelopori J.M. keyness.
Yang
menjadi pokok permasalahan timbulnya konjungtur menurut teori moneter adalah
jumlah uang yang beredar di masyarakat. Apabila masyarakat banyak memegang
uang, maka akan timbul kecenderungan mempergunakan uangnya untuk keperluan
konsumsi dan investasi, sedangkan sebaliknya, apabila uang sulit diperoleh,
maka pengeluaran dunia bisnis dan masyarakat juga akan berkurang. Pengurangan
jumlah uang sampai pada tingkat minimum ini akan menghalangi upaya dari
perusahaan untuk melakukan ekspansi.
Kecenderungan
masyarakat untuk mengurangi tingkat konsumsinya dan lebih banyak melakukan
kegiatan menabung akan menyebabkan pengeluaran total tidak akan mencukupi untuk
mempekerjakan semua angkatan kerja. Besarnya tingkat tabungan masyarakat ini,
walaupun bisa dijadikan sebagai sumber investasi tapi kurang menguntungkan
karena adanya tabungan masyarakat tersebut diikuti dengan rendahnya tingkat
konsumsi masyarakat. Investasi sebagai kekuatan pendorong yang menentukan
konjungtur akan berpengaruh terhadap gerakan konjungtur.
Adanya
peperangan, penemuan tambang emas, kejadian-kejadian politik, dan perubahan
cuaca juga menyebabkan terjadinya goncangan ekstern yang mendorong timbulnya
konjungtur. Goncangan-goncangan ini akan memberikan dorongan ke atas maupun ke
bawah pada sistem perekonomian dan akan lebih diperkuat lagi oleh faktor-faktor
intern.
Pengaruh
dari adanya konjungtur terhadap perekonomian Indonesia sangat terasa pada
neraca perdagangan Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia selama ini
mengadakan hubungan dagang dengan negara-negara di dunia, karena itu terjadinya
perubahan volume ekspor dan impor akan tampak sekali. Selain berpengaruh
terhadap neraca perdagangan aktivitas perekonomian di dalam negeri, juga akan
berpengaruh terhadap aktivitas usaha, penyerapan tenaga kerja, tingkat
investasi, tingkat harga di dalam negeri, dan sebagainya.
Usaha
pemerintah Indonesia untuk menanggulangi akibat adanya konjungtur adalah
melalui beberapa kebijaksanaan fiskal dan moneter seperti deregulasi, diberlakukannya
undang-undang perpajakan yang baru, dan menjaga kestabilan nilai rupiah
terhadap mata uang asing.
0 komentar:
Posting Komentar