A.. Budget Line dan Alokasi Waktu
Keluarga
sebagai satu unit pengambil keputusan yang memaksimumkan utility keluarga. Keputusan dan tingkat utility keluarga tersebut tergantung dari tingkat penghasilan
keluarga, tingkat upah yang berlaku dan selera dari keluarga yang bersangkutan.
Fungsi utility menunjukkan tingkat utility yang diperoleh keluarga
sehubungan dengan konsumsi barang dan menikmati waktu senggang. Misalkan waktu yang tersedia buat keluarga untuk
keperluan bekerja dan waktu senggang sebesar OH jam. Dengan pendapatan diluar
pekerjaan sebesar OA=HB (misalnya sewa, devisa, dan transfer). Bila seluruh
waktu yang tersedia OH digunakan waktu senggang maka pendapatan keluarga
tersebut hanya OA=HB dengan tingkat utility
keluarga U1. Bila keluarga tersebut menggunakan seluruh waktu yang
tersedia untuk bekerja maka jumlah barang konsumsi adalah OC dengan tingkat
utility U2. Tingkat utility
maksimum dapat dicapai bila fungsi utility
U3 menyinggung budget line
di titik E. OD menunjukkan jumlah waktu yang dipergunakan untuk waktu senggang
sedangkan HD merupakan waktu yang dipergunakan untuk bekerja.
B. Kurva Penawaran Tenaga Kerja
Kurva
penawaran tenaga kerja yaitu hubungan antara jam kerja dan tingkat upah.
Misalkan seseorang akan memasuki pasar kerja jika upah yang ditawarkan melebihi
dari upah reservasi (ŵ). Pada tingkat upah diatas upah reservasi, kurva
penawaran tenaga kerja memiliki slope positif sampai pada titik tertentu.
Keadaan selanjutnya akan berubah jika seseorang kesejahteraannya sudah baik
atau mempunyai suatu keahlian yang lebih dan jumlah jam kerja yang ditawarkan
semakin berkurang pada saat upah meningkat yang mengakibatkan slope kurva
penawaran tenaga kerja menjadi negatif. Kurva ini disebut kurva penawaran
tenaga kerja melengkung ke belakang (backward
bending labour supply curve).
Jumlah tenaga kerja keseluruhan yang
disediakan bagi suatu perekonomian tergantung pada jumlah penduduk, persentase
jumlah penduduk yang memilih masuk dalam angkatan kerja, dan jumlah jam kerja
yang ditawarkan oleh angkatan kerja. Lebih lanjut, masing-masing dari ketiga
komponen dari jumlah tenaga kerja keseluruhan yang ditawarkan tergantung pada
upah pasar. Jangka pendek dalam penawaran tenaga kerja yaitu jangka waktu
dimana individu dalam penduduk yang telah tertentu jumlahnya tidak dapat
mengubah jumlah modal manusia. Sehingga asumsi yang digunakan ketrampilan dari
individu telah tertentu. Selanjutnya, menutup kemungkinan terhadap
penyesuaian-penyesuaian yang lain, seperti migrasi yang memungkinkan individu
dapat melakukan perubahan upah. Sedangkan jangka panjang dalam penawaran tenaga
kerja yaitu penyesuaian yang dilakukan individu untuk memaksimalkan utilitas dalam
jumlah tenaga kerja yang mereka sediakan apabila kendala upah pasar dan
pendapatan mengalami perubahan. Suatu penyesuaian akan bersifat jangka panjang
dalam perubahan-perubahan partisipasi tenaga kerja. Terutama terdapat penambahan
yang besar dalam tingkat partisipasi angkatan kerja di kalangan wanita yang
telah menikah dan penurunan dalam tingkat partisipasi kaum pekerja yang berusia
lanjut, berusia anak-anak, dan berusia lebih muda. Penyesuaian lainnya ialah
dalam bentuk jumlah penduduk. Suatu analisis jangka panjang tentang penawaran
tenaga kerja menjajaki hubungan antara kesuburan (fertilitas) dan perubahan
jangka panjang dalam upah pasar pendapatan.
Penawaran tenaga kerja di suatu daerah
merupakan penjumlahan penawaran dari tiap-tiap keluarga dalam suatu daerah.
Misalkan dalam suatu daerah tertentu terdapat hanya tiga keluarga, A, B, C
dengan masing-masing kurva penawaran Sa, Sb, Sc.
Pada tingkat upah W1, tidak ada keluarga yang menawarkan jasanya untuk
bekerja sehingga penawaran tenaga kerja di daerah tersebut menjadi nol. Untuk
tingkat upah W2, keluarga A menawarkan W2A, keluarga B
menawarkan W2B dan keluarga C menawarkan nol. Untuk daerah tersebut,
penawaran tenaga kerja adalah W2B’ yaitu W2A’ (yang sama
dengan W2A) ditambah dengan A’B’ (yang sama dengan W2B).
Pada tingkat upah W3, keluarga A menawarkan W3C, keluarga
B menawarkan W3D, dan keluarga C menawarkan W3E.
Penawaran untuk daerah tersebut adalah W3E’ yaitu penjumlahan W3C’
(yang sama dengan W3C), C’D’ (yang sama dengan W3D) dan
D’E’ (yang sama dengan W3E). Penawaran tenaga kerja untuk daerah ini
Sn merupakan fungsi dari tingkat upah.
C. Elastisitas Penawaran Tenaga Kerja
Elastisitas
penawaran tenaga kerja menunjukkan persentase perubahan jam kerja yang
disebabkan oleh satu persen perubahan tingkat upah.
Upah pekerja awalnya adalah $10 per jam dan dia
bekerja 1920 jam per tahun. Kemudian pekerja tersebut mendapatkan kenaikan upah
sebesar $20 per jam dan dia memutuskan bekerja selama 2040 jam per tahun.
Berapa elastisitas penawaran tenaga kerja?
Elastisitas penawaran tenaga kerja diatas bersifat
inelastis karena besarnya elastisitas penawaran tenaga kerja kurang dari 1
(dalam nilai absolut). Artinya jika ada kenaikan tingkat upah sebesar dua kali
lipatnya (100%) menyebabkan kenaikan penawaran tenaga kerja sebesar 6,25%.
D.Teori Kurva Backward Bending Supply
Pasokan tenaga kerja dapat dilihat
melalui tiga skala yang berbeda, yaitu skala individu, skala industri dan
ekonomi. Model simulasi Kurva Backward Bending Supply ini berfokus pada skala
individu. Selain itu, Kurva Backward Bending Supply dapat digunakan dengan
empat asumsi, yaitu:
Pertama,
pekerja memilih waktu bekerja mereka sendiri. Terkait dengan asumsi bahwa para
pekerja memilih waktu bekerja mereka sendiri, para pekerja dengan leluasa dapat
memilih jumlah jam kerja mereka serta jumlah waktu luang mereka. Kedua, pekerja
yang ada merupakan homogen. Terkait dengan asumsi pekerja yang ada merupakan
homogen. Ketiga, tidak ada keterikatan kontrak, terkait dengan asumsi bahwa
tidak ada keterikatan kontrak, para pekerja dalam hal ini tidak memiliki
keterikatan kontrak dengan perusahaan.Keempat, para pekerja berusaha untuk
meningkatkan utilitasnya. Terkait tentang asumsi bahwa setiap individu tentu
akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka dalam jumlah tetap jam kerja
(24 jam sehari, 365 hari setahun). Ini berarti, ada trade off (biaya kesempatan) antara berapa jam seseorang bekerja
dan jumlah jam yang dihabiskan pada waktu luang. Hal ini juga diasumsikan bahwa
bekerja merupakan barang inferior. Kunci untuk memahami prinsip ini adalah
tentang konsep utilitas. Utilitas adalah tingkat kemampuan barang dan jasa
dalam memenuhi kebutuhan manusia. Apabila konsumen mengonsumsi barang dalam
jumlah yang semakin banyak maka kepuasan totalnya (TU) semakin meningkat namun
tambahan kepuasannya (MU) semakin menurun. Masing-masing unit tambahan output
yang dikonsumsi akan menambah kepuasan dengan jumlah yang semakin rendah.
Dengan asumsi selera (tastes) dan preferensi tertentu
maka dapat dilukiskan dalam kurva indeferen (IC). Kurva indeferen menunjukkan
berbagai kombinasi barang X dan Y yang memberikan kepuasan total yang sama.
Kurva IC yang terletak semakin jauh dari titik 0 menunujukkan tingkat kepuasan
yang semakin tinggi.
Slope kurva IC menunjukkan laju subtitusi marjinal (Marginal Rate of Substitution, MRS), yang
menunjukkan berapa banyak seseorang bersedia mengurangi konsumsi suatu barang
untuk ditukar dengan barang lain supaya tingkat kepuasannya tetap (masih berada
dalam kurva indeferen yang sama).
Garis anggaran menunjukkan batas jumlah barang-barang
yang dapat dibeli konsumen dalam periode waktu tertentu dan ditentukan oleh
tingkat harga dan tingkat pendapatan yang dimiliki. Biasa disebut kendala
anggaran (budget constraint).
Kenaikan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser
ke kanan, sejajar dengan garis anggaran semula (karena harga barang X dan Y
tidak berubah). Penurunan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke
kiri. Kenaikan pendapatan tidak membuat slope garis anggaran berubah. Apabila
harga salah satu barang berubah maka garis anggaran akan berotasi, sedangkan
slopenya berubah.
Misalnya, jika konsumen berada dalam keseimbangan, maka
utilitas mereka membeli barang-barang dengan pendapatan yang mereka peroleh
dalam satu jam terakhir akan sama dengan utilitas mereka ketika memperoleh
keuntungan dari waktu luang satu jam terakhir.
Jika upah riil meningkat dari W1 ke W2 kemudian karena
penghasilan yang lebih tinggi individu akan memiliki utilitas yang lebih besar,
maka mereka akan bersedia untuk meningkatkan jam kerja per tahun untuk L2.
Selam bagian ini kurva efek substitusi adalah positif, efek pendapatan negatif,
tetapi efek substitusi lebih besar daripada efek pendapatan. Oleh karena itu, kenaikan
tingkat upah riil akan menyebabkan peningkatkan jumlah jam kerja.
Namun, jika upah riil meningkat dari W2 ke W3, maka
jumlah jam kerja per tahun akan jatuh dari L2 ke L3. Hal ini karena efek
pendapatan lebih besar dari efek substitusi. Proses yang terlibat dalam
keputusan untuk bekerja lebih atau kurang jam disebut pendapatan dan efek
substitusi.
Upah yang lebih tinggi berarti bahwa individu dapat
bekerja dengan waktu yang lebih sedikit untuk mempertahankan pola-pola konsumsi
yang sama antara barang dan jasa. Oleh karena itu, efek pendapatan akan berarti
bahwa seseorang individu akan bekerja dengan waktu yang lebih sedikit. Namun,
efek subtitusi adalah bahwa upah lebih tinggi akan berarti utilitas yang
diperoleh dari kerja jam terakhir lebih besar daripada utilitas yang diperoleh
dari satu jam waktu luang. Hal ini karena upah yang lebih tinggi berarti
seseorang dapat membeli lebih banyak barang. Akibatnya, individu akan bekerja
sebagai pengganti dari waktu luang sampai utilitas yang sama (yaitu konsumen
kembali dalam keseimbangan antara pekerjaan dan waktu senggang).
Isu yang menarik adalah bahwa individu memiliki
karakteristik utilitas yang berbeda. Maka tingkat trade off antara utilitas dari satu jam bekerja dan utilitas dari
satu jam bersantai akan berbeda. Ini menunjukkan bahwa elastisitas substitusi
antara waktu luang dan konsumsi akan bervariasi. Kemungkinan bahwa keluarga
berpenghasilan rendah akan cenderung kurang responsif terhadap perubahan upah
daripada kelompok berpenghasilan lebih tinggi karena tingginya efek substitusi.
DAFTAR PUSTAKA :
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4319/isimt1A_2.htm
Tulisannya menarik, cukup memberikan gambaran mengenai teori penawaran kerja terhadap keadaan tenaga kerja yang ternyata kesejahteraan tenaga kerja pun dapat mempengaruhi kurva penawaran tenaga kerja menjadi negatif. Terima kasih informasi nya
BalasHapus