Kamis, 12 Desember 2013

ANALISIS TEORI PENAWARAN KERJA MENGENAI KURVA BACKWARD BENDING SUPPLY

PENAWARAN TENAGA KERJA


DI SUSUN OLEH :

NOOR MUTIA (25212366)


A..  Budget Line dan Alokasi Waktu

Keluarga sebagai satu unit pengambil keputusan yang memaksimumkan utility keluarga. Keputusan dan tingkat utility keluarga tersebut tergantung dari tingkat penghasilan keluarga, tingkat upah yang berlaku dan selera dari keluarga yang bersangkutan. Fungsi utility menunjukkan tingkat utility yang diperoleh keluarga sehubungan dengan konsumsi barang dan menikmati waktu senggang. Misalkan waktu yang tersedia buat keluarga untuk keperluan bekerja dan waktu senggang sebesar OH jam. Dengan pendapatan diluar pekerjaan sebesar OA=HB (misalnya sewa, devisa, dan transfer). Bila seluruh waktu yang tersedia OH digunakan waktu senggang maka pendapatan keluarga tersebut hanya OA=HB dengan tingkat utility keluarga U1. Bila keluarga tersebut menggunakan seluruh waktu yang tersedia untuk bekerja maka jumlah barang konsumsi adalah OC dengan tingkat utility U2. Tingkat utility maksimum dapat dicapai bila fungsi utility U3 menyinggung budget line di titik E. OD menunjukkan jumlah waktu yang dipergunakan untuk waktu senggang sedangkan HD merupakan waktu yang dipergunakan untuk bekerja.    
B.  Kurva Penawaran Tenaga Kerja
            Kurva penawaran tenaga kerja yaitu hubungan antara jam kerja dan tingkat upah. Misalkan seseorang akan memasuki pasar kerja jika upah yang ditawarkan melebihi dari upah reservasi (ŵ). Pada tingkat upah diatas upah reservasi, kurva penawaran tenaga kerja memiliki slope positif sampai pada titik tertentu. Keadaan selanjutnya akan berubah jika seseorang kesejahteraannya sudah baik atau mempunyai suatu keahlian yang lebih dan jumlah jam kerja yang ditawarkan semakin berkurang pada saat upah meningkat yang mengakibatkan slope kurva penawaran tenaga kerja menjadi negatif. Kurva ini disebut kurva penawaran tenaga kerja melengkung ke belakang (backward bending labour supply curve).
Jumlah tenaga kerja keseluruhan yang disediakan bagi suatu perekonomian tergantung pada jumlah penduduk, persentase jumlah penduduk yang memilih masuk dalam angkatan kerja, dan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja. Lebih lanjut, masing-masing dari ketiga komponen dari jumlah tenaga kerja keseluruhan yang ditawarkan tergantung pada upah pasar. Jangka pendek dalam penawaran tenaga kerja yaitu jangka waktu dimana individu dalam penduduk yang telah tertentu jumlahnya tidak dapat mengubah jumlah modal manusia. Sehingga asumsi yang digunakan ketrampilan dari individu telah tertentu. Selanjutnya, menutup kemungkinan terhadap penyesuaian-penyesuaian yang lain, seperti migrasi yang memungkinkan individu dapat melakukan perubahan upah. Sedangkan jangka panjang dalam penawaran tenaga kerja yaitu penyesuaian yang dilakukan individu untuk memaksimalkan utilitas dalam jumlah tenaga kerja yang mereka sediakan apabila kendala upah pasar dan pendapatan mengalami perubahan. Suatu penyesuaian akan bersifat jangka panjang dalam perubahan-perubahan partisipasi tenaga kerja. Terutama terdapat penambahan yang besar dalam tingkat partisipasi angkatan kerja di kalangan wanita yang telah menikah dan penurunan dalam tingkat partisipasi kaum pekerja yang berusia lanjut, berusia anak-anak, dan berusia lebih muda. Penyesuaian lainnya ialah dalam bentuk jumlah penduduk. Suatu analisis jangka panjang tentang penawaran tenaga kerja menjajaki hubungan antara kesuburan (fertilitas) dan perubahan jangka panjang dalam upah pasar pendapatan.
Penawaran tenaga kerja di suatu daerah merupakan penjumlahan penawaran dari tiap-tiap keluarga dalam suatu daerah. Misalkan dalam suatu daerah tertentu terdapat hanya tiga keluarga, A, B, C dengan masing-masing kurva penawaran Sa, Sb, Sc. Pada tingkat upah W1, tidak ada keluarga yang menawarkan jasanya untuk bekerja sehingga penawaran tenaga kerja di daerah tersebut menjadi nol. Untuk tingkat upah W2, keluarga A menawarkan W2A, keluarga B menawarkan W2B dan keluarga C menawarkan nol. Untuk daerah tersebut, penawaran tenaga kerja adalah W2B’ yaitu W2A’ (yang sama dengan W2A) ditambah dengan A’B’ (yang sama dengan W2B). Pada tingkat upah W3, keluarga A menawarkan W3C, keluarga B menawarkan W3D, dan keluarga C menawarkan W3E. Penawaran untuk daerah tersebut adalah W3E’ yaitu penjumlahan W3C’ (yang sama dengan W3C), C’D’ (yang sama dengan W3D) dan D’E’ (yang sama dengan W3E). Penawaran tenaga kerja untuk daerah ini Sn merupakan fungsi dari tingkat upah.


C. Elastisitas Penawaran Tenaga Kerja

            Elastisitas penawaran tenaga kerja menunjukkan persentase perubahan jam kerja yang disebabkan oleh satu persen perubahan tingkat upah.
 Contoh:
Upah pekerja awalnya adalah $10 per jam dan dia bekerja 1920 jam per tahun. Kemudian pekerja tersebut mendapatkan kenaikan upah sebesar $20 per jam dan dia memutuskan bekerja selama 2040 jam per tahun. Berapa elastisitas penawaran tenaga kerja?

Elastisitas penawaran tenaga kerja diatas bersifat inelastis karena besarnya elastisitas penawaran tenaga kerja kurang dari 1 (dalam nilai absolut). Artinya jika ada kenaikan tingkat upah sebesar dua kali lipatnya (100%) menyebabkan kenaikan penawaran tenaga kerja sebesar 6,25%.



D.Teori Kurva Backward Bending Supply
            Pasokan tenaga kerja dapat dilihat melalui tiga skala yang berbeda, yaitu skala individu, skala industri dan ekonomi. Model simulasi Kurva Backward Bending Supply ini berfokus pada skala individu. Selain itu, Kurva Backward Bending Supply dapat digunakan dengan empat asumsi, yaitu:
Pertama, pekerja memilih waktu bekerja mereka sendiri. Terkait dengan asumsi bahwa para pekerja memilih waktu bekerja mereka sendiri, para pekerja dengan leluasa dapat memilih jumlah jam kerja mereka serta jumlah waktu luang mereka. Kedua, pekerja yang ada merupakan homogen. Terkait dengan asumsi pekerja yang ada merupakan homogen. Ketiga, tidak ada keterikatan kontrak, terkait dengan asumsi bahwa tidak ada keterikatan kontrak, para pekerja dalam hal ini tidak memiliki keterikatan kontrak dengan perusahaan.Keempat, para pekerja berusaha untuk meningkatkan utilitasnya. Terkait tentang asumsi bahwa setiap individu tentu akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka dalam jumlah tetap jam kerja (24 jam sehari, 365 hari setahun). Ini berarti, ada trade off (biaya kesempatan) antara berapa jam seseorang bekerja dan jumlah jam yang dihabiskan pada waktu luang. Hal ini juga diasumsikan bahwa bekerja merupakan barang inferior. Kunci untuk memahami prinsip ini adalah tentang konsep utilitas. Utilitas adalah tingkat kemampuan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia. Apabila konsumen mengonsumsi barang dalam jumlah yang semakin banyak maka kepuasan totalnya (TU) semakin meningkat namun tambahan kepuasannya (MU) semakin menurun. Masing-masing unit tambahan output yang dikonsumsi akan menambah kepuasan dengan jumlah yang semakin rendah.
            Dengan asumsi selera (tastes) dan preferensi tertentu maka dapat dilukiskan dalam kurva indeferen (IC). Kurva indeferen menunjukkan berbagai kombinasi barang X dan Y yang memberikan kepuasan total yang sama. Kurva IC yang terletak semakin jauh dari titik 0 menunujukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
            Slope kurva IC menunjukkan laju subtitusi marjinal (Marginal Rate of Substitution, MRS), yang menunjukkan berapa banyak seseorang bersedia mengurangi konsumsi suatu barang untuk ditukar dengan barang lain supaya tingkat kepuasannya tetap (masih berada dalam kurva indeferen yang sama).
            Garis anggaran menunjukkan batas jumlah barang-barang yang dapat dibeli konsumen dalam periode waktu tertentu dan ditentukan oleh tingkat harga dan tingkat pendapatan yang dimiliki. Biasa disebut kendala anggaran (budget constraint).
            Kenaikan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke kanan, sejajar dengan garis anggaran semula (karena harga barang X dan Y tidak berubah). Penurunan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke kiri. Kenaikan pendapatan tidak membuat slope garis anggaran berubah. Apabila harga salah satu barang berubah maka garis anggaran akan berotasi, sedangkan slopenya berubah.
            Misalnya, jika konsumen berada dalam keseimbangan, maka utilitas mereka membeli barang-barang dengan pendapatan yang mereka peroleh dalam satu jam terakhir akan sama dengan utilitas mereka ketika memperoleh keuntungan dari waktu luang satu jam terakhir.
            Jika upah riil meningkat dari W1 ke W2 kemudian karena penghasilan yang lebih tinggi individu akan memiliki utilitas yang lebih besar, maka mereka akan bersedia untuk meningkatkan jam kerja per tahun untuk L2. Selam bagian ini kurva efek substitusi adalah positif, efek pendapatan negatif, tetapi efek substitusi lebih besar daripada efek pendapatan. Oleh karena itu, kenaikan tingkat upah riil akan menyebabkan peningkatkan jumlah jam kerja.
            Namun, jika upah riil meningkat dari W2 ke W3, maka jumlah jam kerja per tahun akan jatuh dari L2 ke L3. Hal ini karena efek pendapatan lebih besar dari efek substitusi. Proses yang terlibat dalam keputusan untuk bekerja lebih atau kurang jam disebut pendapatan dan efek substitusi.
            Upah yang lebih tinggi berarti bahwa individu dapat bekerja dengan waktu yang lebih sedikit untuk mempertahankan pola-pola konsumsi yang sama antara barang dan jasa. Oleh karena itu, efek pendapatan akan berarti bahwa seseorang individu akan bekerja dengan waktu yang lebih sedikit. Namun, efek subtitusi adalah bahwa upah lebih tinggi akan berarti utilitas yang diperoleh dari kerja jam terakhir lebih besar daripada utilitas yang diperoleh dari satu jam waktu luang. Hal ini karena upah yang lebih tinggi berarti seseorang dapat membeli lebih banyak barang. Akibatnya, individu akan bekerja sebagai pengganti dari waktu luang sampai utilitas yang sama (yaitu konsumen kembali dalam keseimbangan antara pekerjaan dan waktu senggang).
            Isu yang menarik adalah bahwa individu memiliki karakteristik utilitas yang berbeda. Maka tingkat trade off antara utilitas dari satu jam bekerja dan utilitas dari satu jam bersantai akan berbeda. Ini menunjukkan bahwa elastisitas substitusi antara waktu luang dan konsumsi akan bervariasi. Kemungkinan bahwa keluarga berpenghasilan rendah akan cenderung kurang responsif terhadap perubahan upah daripada kelompok berpenghasilan lebih tinggi karena tingginya efek substitusi.




DAFTAR PUSTAKA :
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4319/isimt1A_2.htm

1 komentar:

  1. Tulisannya menarik, cukup memberikan gambaran mengenai teori penawaran kerja terhadap keadaan tenaga kerja yang ternyata kesejahteraan tenaga kerja pun dapat mempengaruhi kurva penawaran tenaga kerja menjadi negatif. Terima kasih informasi nya

    BalasHapus

 
Noor Mutia Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template