META ANALISIS PENGARUH TINGKAT
EFISIENSI PERBANKAN INDONESIA PASCA KRISIS KEUANGAN GLOBAL
Noor Mutia
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma
ABSTRAK
Krisis
Keuangan yang terjadi di Amerika Serikat berimbas secara global terhadap berbagai Negara khususnya
lembaga keuangan. Pengukuran kinerja efisiensi perbankan berguna untuk dasar
perhitungan kesehatan dan pertumbuhan perbankan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengukur Kinerja Efisiensi Perbankan Indonesia Pasca Krisis Keuangan Global.
Dalam menganalis Tujuh Jurnal menggunakan metode meta analisis, Sebagian Besar Melalui
purposive sampling diperoleh sampel 9-26 Bank dan Data yang dianalisis
berdasarkan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1)Tingkat rata-rata tingkat bunga Bank
Umum Konvensional lebih tinggi dibanding dengan tingkat margin
di Bank Umum Syariah. (2) Kenaikan pendapatan
Bank Umum Syariah lebih tinggi
dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional
. (3) Nilai Aset Bank Umum Konvensional lebih
tinggi dibandingkan dengan Bank Umum Syariah (4) Tingkat resiko pinjaman/pembiayaan
bermasalah di Bank Umum Syariah lebih rendah dibandingkan Bank Umum
Konvensional. Sehingga disimpulkan bahwa sistem perbankan syariah lebih stabil
dan lebih efisien dibandingkan dengan bank konvensional dalam menghadapi krisis
keuangan global.
1. Pendahuluan
Amerika Serikat merupakan Negara Katanya Nomor 1 di Dunia sehingga tidaklah
mengherankan Negara ini mendapatkan julukan “Super Power”. Namun pada tahun 2008, sepertinya julukan dalam
negeri Paman Sam sempat diragukan sebab Negara tersebut mengalami kelumpuhan
ekonomi, yakni Krisis Keuangan yang dilansir disebabkan dari “perilaku nakal” warganya sendiri.
Singkat cerita,Ketika itu kemudahan pemberian kredit
terjadi karena harga properti naik di AS. Kegairahan pasar properti membuat
spekulasi di sektor ini meningkat. Para penyedia kredit properti memberikan
suku bunga tetap selama tiga tahun. Hal itu membuat banyak orang membeli
rumah dan berharap bisa menjual dalam tiga tahun sebelum suku bunga
disesuaikan.
Permasalahannya, banyak lembaga keuangan pemberi
kredit properti di Amerika Serikat menyalurkan kredit kepada penduduk yang
sebenarnya tidak layak mendapatkan pembiayaan. Mereka adalah orang dengan
latar belakang non-income non-job non-activity (NINJA) yang tidak
mempunyai kekuatan ekonomi untuk menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka
pinjam.
Situasi tersebut memicu terjadinya kredit macet di
sektor properti (subprime mortgage). Pasalnya, lembaga pembiayaan sektor
properti tersebut meminjam dana jangka pendek dari pihak lain yakni lembaga
keuangan. Dan memberikan jaminan dalam meminjam dana yakni surat utang subprime mortgage securities, kepada lembaga-lembaga investasi dan
investor di berbagai Negara. Bukan sekadar itu, lebih parahnya
lagi hal ini menyebabkan Domino Effect yang pastinya bukan hanya Negara Paman
Sam yang harus menelan pahit dalam-dalam namun Negara-Negara lain pun juga
terkena cipratan dari krisis Keuangan ini yakni Eropa, Asia Pasifik (terdapat
Indonesia disini), Asia Selatan bahkan hingga sampai ke Timur tengah.
Hal ini mendukung dengan apa yang telah dosen saya
ajarkan,Dr. Budi Hermana, menurut Beliau
dalam bukunya Perbankan Indonesia:
Geliat dan Siasat Pasca Krisis Finansial Global, “ Jeratan kredit macet di
tangan kiri—atau sisi penggunaan dana bank (use of fund)—membuat bank akhirnya tidak bisa membayar
kewajibannya melalui tangan kanan—atau sumber dana bank (source of fund). Ketika tangan kanan
bank yang sedang sakit tersebut bergandengan dengan tangan kiri kreditur atau
yang memasok dana ke bank, maka para kreditur bank pun terkontaminasi penyakit
pula. Akhirnya institusi keuangan yang saling bergandengan tangan tersebut
sama-sama lumpuh. Itulah fenomena efek domino yang akhirnya membuat krisis
keuangan pun “go international”
atau mengglobal.”
Atas dasar itulah, saya tertarik ingin mengetahui
bagaimana keadaan efisiensi perbankan Indonesia pasca krisis financial global.
Dan hal ini pun didukung lagi dengan pernyataan Dr.Budi Hermana dalam bukunya Perbankan Indonesia: Geliat dan Siasat Pasca
Krisis Finansial Global, “Inefisiensi perbankan di Indonesia terlihat
dari tingginya rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). BI
mencatat, rasio BOPO perbankan Indonesia 88,6 persen. Bandingkan dengan BOPO
bank di Malaysia yang hanya 40 persen dan Filipina 74 persen. Dan terdapat
sebuah berita yang mengabarkan “BI:
Bunga Kredit Tinggi, Bank RI Belum Efisien” (Kompas. com, 17/03/2011) “ Informasi ini semakin mendukung bahwa ternyata,
Krisis Keuangan Global memiliki pengaruh terhadap efisiensi lembaga keuangan
khususnya Perbankan Indonesia.
2.
Metode Penelitian
Penelitian
meta-analisis ini menggunakan sebanyak tujuh macam jurnal ilmiah dimana
bertemakan mengenai “Pengaruh Tingkat
Efisiensi Perbankan Indonesia Pasca Krisis Keuangan Global.”
Sumber
Data
Sebagian
besar dari ketujuh jurnal ini menggunakan data sekunder yakni laporan keuangan
berupa neraca serta laporan L/R periode
2008-2011 yang telah dipublikasi oleh Bank Indonesia dan dapat diakses melalui
situs web resmi Bank Indonesia.
Serta
Populasi yang sering digunakan dalam penelitian
7 (Tujuh) Jurnal ini adalah Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dimana
dibuat secara kelompok dan dibedakan berdasarkan
Prinsip usahanya.
Teknik
Pengambilan Sampel
Dengan
menggunakan teknik purposive sampling didapatkan Sample terbesar yang digunakan
dari tujuh macam jurnal ini adalah sebesar 26 Bank dan Sample terkecil yang digunakan dari tujuh macam jurnal ini
adalah sebesar 9 Bank.
Uji
Statistik yang
sering digunakan dalam menguji Hipotesis yakni Uji t atau Paired One- tailed
test for lower side, sebab kuantitas sampel yang dari tujuh jurnal tersebut ≤ 30 sampel.
Metode
Pengukuran
Untuk
mengukur efisiensi pada usaha-usaha perbankan seluruhnya menggunakan metode DEA
yakni Data Envelopment Analysis terdiri atas variable input dan output
serta diformulasikan dalam dua asumsi yaitu CRS (Constant Return to Scale ) dan
VRS ( Variabel Return to Scale ).
Metode
DEA ini digunakan karena keunggulannya yang dapat menangani banyak input dan
banyak output dengan menggunakan alat ukur yang berbeda tanpa membutuhkan
asumsi mengenai hubungan fungsional antara kedua variable. Oleh sebab itu DEA
bisa memungkinkan peneliti untuk menyertakan semua variable aktivitas/ input
yang berhubungan erat dengan dihasilkannya output.
Variable
Variable
yang sering muncul dalam penelitian 7 (Tujuh)
Jurnal ini adalah Variable Input, yang terdiri dari : Total Simpanan,
Aktiva Tetap, Biaya Tenaga Kerja dan Variable
Output, yang terdiri dari : Pembiayaan/ total kredit, laba operasional/pendapatan
operasional.
3.
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Pertama yakni Efisiensi
Kinerja Perbankan di Indonesia * Studi
Perbandingan Bank Pemerintah dan Bank Swasta oleh Izza Mafruhah (2010) adalah Bank Umum pemerintah mempunyai tingkat
efisiensi tehnis yang lebih rendah dibandingkan dengan bank swasta nasional dan
asing. Dari 13 jumlah sample bank yang diteliti ternyata terdapat 3 bank yang
belum mempunyai efisiensi penuh yaitu Bank BNI 46 dengan tingkat efisiensi
sebesar 84,58 %. Kemudian Bank BTN yang mempunyai tingkat efisiensi sebesar
97,01. Sedangkan di sisi bank swasta ABN AMRO belum mencapai nilai maksimal
dengan tingkat efisiensi sebesar 99,82% dan Sumber inefisiensi terbesar pada
masing masing bank adalah dari sisi
input.
Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Kedua yakni Technical
Efficiency of Indonesian Commercial Banks:
An Application of Two-Stage DEA oleh Tessa Vanina Soetanto and Ricky (2011) adalah The results of DEA
show that Indonesian commercial banks could improve their technical efficiency
by 10.5% on average and the scale inefficiency is dominating over pure
technical inefficiency. The commercial state-owned banks are showing perfect
efficiency during the period of study, and proven to be more efficient compared
to the commercial private banks. Finally Tobit regression is revealing that
higher asset scale and liquidity risk increase the efficiency of the bank,
while the profitability is on the contrary.
Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Ketiga yakni Kinerja Efisiensi Teknis Bank
Pembangunan Daerah: Pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA) oleh Zaenal
Abidin dan Endri (2009) adalah kinerja efisiensi teknis bank BPD belum
mencapai tingkat efisiensi optimal 100 persen. Secara rata-rata, bank BPD
beraset lebih besar lebih efisien daripada bank BPD beraset menengah dan kecil.
Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam rangka mengoptimalkan kinerja
efisiensi maka bank kecil dan menengah harus melakukan merger dan meningkat
fungsi intermediasi perbankan. kinerja efisiensi teknis bank BPD belum mencapai
tingkat efisiensi optimal 100 persen. Secara rata-rata, bank BPD beraset lebih
besar lebih efisien daripada bank BPD beraset menengah dan kecil. Penelitian
ini memiliki implikasi penting dalam rangka mengoptimalkan kinerja efisiensi
maka bank kecil dan menengah harus melakukan merger dan meningkat fungsi
intermediasi perbankan.
Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Keempat yakni Pengaruh Merger dan Akuisisi
Terhadap Efisiensi Perbankan di Indonesia (Tahun 1998-2009) oleh
Ruddy Tri Santoso (2010) adalah merger dan akusisi tidak signifikan untuk
meningkatkan efisiensi dan tergantung dengan faktor-faktor kualitatif dari bank
seperti efektivitas organisasi dan kemampuan managerial. Hasil riset
menunjukkan bahwa Bank Mandiri rasio efisiensinya stabil sesudah merger dan
akusisi sampai tahun 2009 dan tidak terpengaruh oleh krisis tetapi mempengaruhi
secara signifikan efisiensi di peer groupsnya pada saat merger dan akusisi
tersebut. Krisis financial global hanya mempengaruhi Bank Century seperti fakta
yang terjadi. Riset juga menunjukkan bahwa bank dengan modal di atas Rp. 10
Trilyun (+/- USD/Billions) mempunyai pengaruh terhadap variabel-variabel
didalam peer group mereka. Dengan kata lain, merger dan akusisi di bank
level menengah tidak akan berpengaruh terhadap peer groups mereka
Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Kelima yakni Dampak Krisis Keuangan Global
terhadap Perbankan di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional
dan Bank Syariah oleh Heri Sudarsono (2009) adalah tingkat rasio
bank syairah dan bank konvensional menunjukkan nilai yang berbeda. Tingkat ROA,
ROE, NPF, dan BOPO bank konvensional lebih tinggi dibanding bank syariah.
Rata-rata rasio laba terhadap asset dan modal bank syariah lebih rendah
dibanding dengan bank konvensional. Di lain pihak, tingkat rasio pembiayaan
terhadap deposit atau FDR bank syariah dan bank konvensional meningkat di akhir
2008. Tingkat FDR bank syariah lebih tinggi dibanding dengan konvensional.
Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Keenam yakni Kinerja Efisiensi Bank Syariah
Sebelum dan Sesudah Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analysis
oleh Heri Pratikto dan Iis Sugianto (2011) adalah kondisi
variabel input dan output memiliki pertumbuhan cenderung meningkat, kinerja
efisiensi perbankan syariah dalam kondisi baik, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan kinerja efisiensi antara sebelum dan sesudah krisis global, baik
dengan model CRS maupun VRS, terdapat perbedaan kinerja efisiensi sebelum dan
sesudah krisis global menurut model skala.
Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Ketujuh yakni Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data
Envelopment Analysis oleh Rakhmat
Purwanto dan Dra. Hj. Endang Tri
Widyarti, MM (2010) : Tingkat efisiensi Bank Umum Konvensional dan Bank
Umum Syariah selalu meningkat meskipun berfluktuasi dengan efisiensi rata-rata
83,29 persen untuk CCB dan 89,3 persen untuk ICB . Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di
Indonesia lebih baik dari Bank Umum Konvensional.
Dari
hasil penelitian dalam 7 (Tujuh) Jurnal
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Krisis keuangan global mempengaruhi
kondisi perbankan di Indonesia. Krisis keuangan mempengaruhi kenaikan tingkat
bunga simpanan dan pinjaman di bank konvensional dan bank syariah. Tingkat
rata-rata tingkat bunga bank konvensional lebih tinggi dibanding dengan tingkat
margin di bank syariah. Sementara itu kinerja keuangan kedua bank ini berbeda.
Krisis keuangan 2008 menjadikan tingkat
pendapatan yang diperoleh berkurang. Secara umum kenaikan pendapatan bank
syairah lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Sebaliknya, nilai
pendapatan dibandingkan aset menunjukkan bank konvensional lebih tinggi. Tingkat
kemampuan nasabah membayar kewajiban yang diperlihat dari NPF dalam kondisi
krisis menunjukkan penurunan di bank syariah, artinya tingkat resiko pinjaman/pembiayaan
bermasalah di bank syariah menurun di saat krisis keuangan. Di saat yang sama
jumlah FDR bank syariah meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa di saat krisis
pembiayaan bank syariah lebih murah dibandingkan dengan bank konvensional. (Dalam Heri Sudarsono : Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan
di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah)
4. Penutup
Secara
umum bisa disimpulkan bahwa sistem perbankan syariah lebih stabil dana lebih
efisien dibandingkan dengan bank konvensional dalam menghadapi krisis keuangan
global.Sistem keuangan syariah yang tidak mengenal bunga sebab mengunakan
sistem jual beli dan bagi hasil menjadikan bank syariah mampu bertahan dari
fluktuasi tingkat bunga yang disebabkan oleh turunnya nilai rupiah yang
disebabkan langkanya dolar di pasar. Selain itu, kinerja keuangan bank syariah
dibandingkan dengan bank konvensional menunjukkan kondisi keuangan yang
konsisten dan efisien.
Hal
ini didukung dengan adanya informasi yang saya dapatkan dari Dr. Budi
Hermana, menurut Beliau dalam bukunya Perbankan Indonesia: Geliat dan Siasat Pasca
Krisis Finansial Global, “Perbankan
Indonesia secara umum masih sangat mengandalkan Interest Margin, NIM (Net
Interest Margin) perbankan nasional tergolong tinggi, yaitu mencapai 5,8 persen
per Desember 2010,” Jadi tidaklah
mengherankan perbankan saat periode
tersebut sebagian besar belum efisien.
Dari
hasil Kesimpulan dalam 7 Jurnal diatas
dapat ditarik sebuah saran yakni :
1. Bagi Bank yang telah efisien hendaknya terus untuk
mempertahankan efisiensinya, namun bukan hanya dengan membiarkan kedua input
dan output tersebut, namun dengan meningkatkan input dan output dengan ukuran
yang sama. Sebab semakin baik kemampuan bank yang telah efisien dalam mengelola
input yang telah mereka miliki untuk mengubahnya kedalam output yang optimal
guna meningkatkan keuntungan.
2. Bagi
Bank yang belum efisien, harus memperhatikan input atau output
yang menjadi sumber inefisiensi untuk terus diperbaiki. Acuan peningkatan
efisiensi adalah dengan melihat benchmark dari masing – masing bank. Misalnya saja
dengan mengalokasikan kelebihan penggunaan input simpanan ke bagian input
aset sehingga bisa menjadi aset yang lebih produktif. Bisa juga dengan
memperbaiki pengelolaan porsi aset
produktif baik kredit atau pembiayaan untuk disalurkan ke masyarakat, sehingga
fungsi intermediasi bank menjadi lebih lancar.
3. Untuk
penelitian yang akan datang disarankan untuk menggunakan jumlah sampel yang
lebih banyak dengan harapan untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih
optimal dan mampu menggambarkan efisiensi perbankan nasional secara
keseluruhan.
Berikut
Lampiran dari Tujuh Jurnal mengenai “Pengaruh
Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia Pasca Krisis Keuangan Global” yang saya telaah dengan meta analisis :
Daftar
Pustaka :
[1] Mafruhah, Izza. 2010. Efisiensi
Kinerja Perbankan di Indonesia * Studi Perbandingan Bank Pemerintah dan Bank Swasta. Universitas Negeri Solo. http://www.scribd.com/doc/137722717/Jurnal-Efisiensi-Bank
., diakses 5 April 2014.
[2] Soetanto
Vanina Tessa, Ricky .2011. Technical Efficiency of Indonesian Commercial
Banks: An Application of Two-Stage DEA
. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN,
VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 107-116. http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/18327/18172
, diakses 5 April 2014.
[3]
Zaenal, Abidin., Endri. 2009. Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan
Daerah: Pendekatan
Data Envelopment Analysis (DEA). JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO.
1, MEI 2009: 21-29. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/view/17863/17781
, diakses 5 April 2014.
[4]
Santoso, Tri Ruddy.2010. Pengaruh
Merger dan Akuisisi Terhadap Efisiensi Perbankan di Indonesia (Tahun 1998-2009). JURNAL
AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 12, NO. 2. http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/view/18187/18074
, diakses 5 April 2014.
[5] Sudarsono,
Heri.2009.Dampak Krisis Keuangan Global
terhadap
Perbankan di Indonesia: Perbandingan
antara Bank Konvensional dan Bank Syariah.
Jurnal Ekonomi Islam Volume III, No. 1.
http://journal.uii.ac.id/index.php/jei/article/view/2551
, diakses 5 April 2014.
[6] Pratikno, Heri., Sugianto Iis. 2011. Kinerja
Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analysis.
JURNAL EKONOMI BISNIS, VOLUME.:16, NO.
2, http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/4-Heri-Pratikto.pdf
diakses 5 April 2014.
[7] Purwanto,
Rakhmat,
Dra. Hj. Widyarti Tri Endang, MM
. 2010. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis. Universitas Negeri Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/33522/1/JURNAL_SKRIPSI_(RAKHMAT_PURWANTO_C2A007101).pdf ,diakses 5 April 2014.
[8]
Hermana, Budi.2012.Perbankan Indonesia: Geliat dan Siasat Pasca Krisis Finansial Global.Leutika Prio http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Perbankkan%20Indonesia%20PDF%20SAMPLE.pdf,
diakses 23 April 2014.
[9] http://www.docstoc.com/docs/67561468/krisis-global
, diakses 23 April 2014.
0 komentar:
Posting Komentar